KeponakanSayyid Bakri Syatha', yaitu Sayyid Hamzah Syatha', bahkan hijrah dan berdakwah di Sedan, Rembang, Jawa Tengah. Selain Al-Maliki, Al-Yamani, dan Syatha' Addimyathi, ada juga keluarga Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, Mufti Syafi'iyah di Makkah di era 1860-an yang punya sejarah khusus dengan jaringan ulama Nusantara. Zayid Al-Baghdadi, Avocat en Droit Criminel à Montréal Du premier entretien téléphonique jusqu’à la disposition finale de votre cause, l’avocat en droit criminel, Zayid Al-Baghdadi, vous impressionnera par la qualité de ses services et son professionnalisme hors pair. Pratiquant le droit criminel et pénal à Montréal depuis 2005, Me Al-Baghdadi est reconnu comme un avocat sérieux et combatif. Il plaide devant les tribunaux de première instance ainsi que les cours supérieures de la province du Québec. Tout au long de sa carrière, il a bâti une excellente réputation devant la magistrature et ses pairs, en fournissant ses clients une représentation juridique selon les normes les plus élevées. Empathique de nature et confiant dans la salle de cour, Zayid Al-Baghdadi vise à faciliter le passage à travers le système juridique en minimisant le stress et le dommage possible. Ne négligeant aucun détail de son dossier, son approche est proactive et approfondie. Utilisant des méthodes axées sur les résultats, il privilégie la diplomatie afin d’assurer le résultat souhaité pour ses clients. Son champ de pratique s’étend à l’ensemble des infractions prévues au Code Criminel ainsi que les infractions pénales et statutaires. “La présomption d’innocence constitue le pilier central du système de justice pénale. Un avocat compétant et dédié constitue le pilier central de votre défense.” Diantaragurunya di Mekkah ialah Syeikh Utsman bin Hasan ad-Dimyathi, Sayyid Ahmad . bin Zaini Dahlan, Syeikh Mustafa bin Muhammad al-Afifi al-Makki, Syeikh Abdul Hamid . bin Mahmud asy-Syarwani. Beberapa sanad hadits yang musalsal diterima dari Syeikh . Nawawi al-Bantani dan Abdul Ghani bin Subuh bin Ismail al-Bimawi (Bima, Sumbawa).
Syekh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan; Ulama, Syeikhul Islam dan Kunci Sanad Ulama Nusantara Seorang tokoh ulama dimasanya yang perlu kita ketahui dan keberadaannya dalam sanad keilmuan para ulama . Syekh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, beliau lahir dari keluarga yang menjaga tradisi keislaman. Berasal dari keturunan Sayyid dari jalur Sayyidina Hasan cucu Rasulullah. Kehadiran Sayyid Ahmad Zaini Dahlan memiliki arti penting dalam jaringan para ulama khususnya Nusantara, karena hampir seluruh para ulama besar sesudahnya berada pada jejaring murid dari murid Syekh Sayyid Ahmad Zaini Zaini Dahlan demikian beliau biasa disebut, mengawali belajarnya kepada ayahnya yang dikenal seorang yang taat dan menjunjung tinggi ajaran Datuknya Rasulullah. Setelah menghafal berbagai macam bait-bait matan dari berbagai ilmu, Sayyid Zaini Dahlan kemudian mempelajari al-Qur’an dengan berbagai cabang keilmuan yang ada di dalamnya. Beliau disebutkan oleh Sayyid Bakhri Syatta pengarang Kitab I’anatuththalibin yang juga muridnya, bahwa Syekh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan menguasai berbagai Qira’at, bahkan menghafal dengan Mutqin Matan Syatibiyah dan Jazariyah yang merupakan panduan dalam memahami ilmu bacaan al-Qur’ . Semenjak kecil Sayyid Ahmad Zaini Dahlan telah dikenal ketekunannya dalam menuntut ilmu pengetahuan. Selain cerdas, saleh, beliau juga sangat bersungguh-sungguh dalam memahami berbagai cabang keilmuan yang diajarkan oleh para ulama di Kota Makkah sehingga tidak mengherankan bila kemudian beliau menjadi seorang ulama besar pada masanya, dan bahkan menjadi Syekhul Islam artinya seseorang yang memiliki kompetensi berbagai cabang keilmuan yang kealiman Syekh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan tidak bisa terlepas dari didikan para ulama Kota Makkah ketika itu. Di antara ulama yang dianggap sebagai syekh futuh beliau atau guru yang banyak berperan dalam pengembangan keilmuan beliau adalah Syekh Usman bin Hasan Dimyathi al Azhari. Syekh Usman ialah pemuka ulama Mesir yang mendapatkan ilham untuk datang ke Kota Makkah dan membuka halakah keilmuan, dan salah satu murid yang mewujudkan ilham tersebut adalah Syekh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan. Karena dari Syekh Sayyid Zaini Dahlan kemudian membentuk jejaring ulama yang sangat banyak, bahkan beliau bisa digolongkan sebagai Syekhul Masyayikh atau Mahaguru ulama di . Banyak sekali ulama dari berbagai wilayah yang kemudian belajar dan menimba ilmu dari Sayyid Ahmad Zaini Dahlan. Sebut saja di antara para ulama tersebut adalah Syekh Sayyid Abu Bakar Syatta al-Dimyathi, Syekh Nawawi al Bantani, Syekh Saleh Darat Semarang, Syekh Abdul Hamid Kudus, Syekhuna Cholil Bangkalan, Sayyid Abdullah Zawawi, Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, Tuan Kisai Syekh Amrullah, Sayyid Utsman Mufti Batavia, Syekh Sayyid Ali Al-Maliki, Syekh Abdul Wahab Basilam, dan beberapa ulama dari Fathani Thailand seperti pengarang Kitab Mathla’ul Badrain, Aqidatun Naji’in dan lain-lain. Bahkan beberapa ulama besar Aceh diperkirakan berguru kepada beliau adalah Teungku Chik Abdul Wahab Tanoh Abee, Teungku Chik Di Tiro, Teungku Chik Pantee Kulu, Teungku Chik Pantee Geulima, karena masa kedatangan para ulama Aceh tersebut, ketika puncak karier ilmiahnya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan. Adapun Syekh Abdul Wahab Tanoh Abee yang dikenal dengan Teungku Chik Tanoh Abee Qadhi Rabbul Jalil kerajaan Aceh disebutkan selain mengambil ijazah sanad dari Syekh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, juga sempat berguru kepada gurunya Sayyid Ahmad Zaini yaitu Syekh Utsman bin Hasan al Dimyathi. Karena usia antara kedua orang ulama itu . Syekh Sayyid Zaini Dahlan diperkirakan lahir tahun 1816 dan wafat pada tahun 1886. Pada saat beliau menjadi Mufti Syafi’i untuk kota Makkah, ada ulama besar dari India yang mencari suaka politik ke Makkah yaitu Syekh Rahmatullah Hindi. Syekh Rahmatullah Hindi inilah sosok pendiri Madrasah Saulatiah yang banyak mengkader ulama-ulama di Indonesia. Bahkan pendiri Darul Ulum Makkah juga lulusan Madrasah Saulatiah sebagai ulama yang banyak mengkader para ulama generasi sesudahnya, Syekh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan juga seorang ulama penulis. Banyak kitab-kitab yang beliau tulis tersebar ke seluruh penjuru dunia, baik dalam bidang sejarah, fikih, tauhid, tasawuf dan ilmu gramatika Arab. Salah satu karyanya adalah Kitab Mukhtasar Jiddan yang merupakan ulasan tuntas untuk Matan . Kitab Mukhtasar merupakan kitab yang membahas ilmu nahwu, dimana Syekh Sayyid Zaini Dahlan di bagian awal kitab menyebutkan kisah asal muasal ilmu nahwu. Di bagian awal kita tersebut juga beliau mengulas tentang mabadi’ asyarah atau pengantar awal sebelum mengaji ilmu nahwu secara mendalam. Dari tulisannya nampak beliau seorang yang berfikir sistematis dan langsung ke persoalan. Hal yang menarik dari Kitab Mukhtasar Jiddan beliau di bagian akhir juga menceritakan secara sekilas tentang penyusunan Matan Jurumiyah yang banyak disyarah oleh para ulama dari generasi ke . Pada masa hidupnya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan juga puncak dari pergerakan Wahabiyah di Kota Suci Makkah. Dan beliau termasuk ulama yang banyak membantah kekeliruan pemahaman dari aliran tersebut. Beliau dengan gamblang dan jelas mengkritisi hal-hal yang meleset dari pemahaman Syekh Muhammad bin Abdul Wahab. Sebagai seorang ulama, Syekhul Islam dan Mufti Syafi’i, Syekh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan telah menyelesaikan risalah sebagai Waratsah Nubuwah. Beliau juga seorang ulama mujaddid yang telah mentajdid agama dengan murid-muridnya yang tersebar di seluruh dunia Islam. Setelah berbagai kiprah yang besar, pada tahun 1886 dalam usia sekitar 70 tahun wafatlah ulama besar tersebut di Rahmatan Wasi’atan. Alfaatihah.
AhmadZayni Dahlan (Arabic: أحمد زَيْني دَحْلان) (1816-1886) was the Grand Mufti of the Shafi'i madhab in Mecca, and Shaykh al-Islam (highest religious authority in the Ottoman jurisdiction) in the Hijaz region of the Ottoman state, and Imam al-Haramayn (Imam of the two holy cities, Mecca and Medina), as well as being a historian and an Ash'ari theologian.
Syekh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, beliau lahir dari keluarga yang menjaga tradisi keislaman. Berasal dari keturunan Sayyid dari jalur Sayyidina Hasan cucu Rasulullah. Kehadiran Sayyid Ahmad Zaini Dahlan memiliki arti penting dalam jaringan para ulama khususnya Indonesia, karena hampir seluruh para ulama besar sesudahnya berada pada jejaring murid dari murid Syekh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan. Sayyid Zaini Dahlan demikian beliau biasa disebut, mengawali belajarnya kepada ayahnya yang dikenal seorang yang taat dan menjunjung tinggi ajaran Datuknya Rasulullah. Setelah menghafal berbagai macam bait-bait matan dari berbagai ilmu, Sayyid Zaini Dahlan kemudian mempelajari al-Qur’an dengan berbagai cabang keilmuan yang ada di dalamnya. Beliau disebutkan oleh Sayyid Bakhri Syatta pengarang Kitab I’anatuththalibin yang juga muridnya, bahwa Syekh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan menguasai berbagai Qira’at, bahkan menghafal dengan Mutqin Matan Syatibiyah dan Jazariyah yang merupakan panduan dalam memahami ilmu bacaan al-Qur’an. Semenjak kecil Sayyid Ahmad Zaini Dahlan telah dikenal ketekunannya dalam menuntut ilmu pengetahuan. Selain cerdas, saleh, beliau juga sangat bersungguh-sungguh dalam memahami berbagai cabang keilmuan yang diajarkan oleh para ulama di Kota Makkah sehingga tidak mengherankan bila kemudian beliau menjadi seorang ulama besar pada masanya, dan bahkan menjadi Syekhul Islam artinya seseorang yang memiliki kompetensi berbagai cabang keilmuan yang mumpuni. Baca Juga Syekh Abdul Karim al-Bantani; Mursyid Terekat dan Pejuang Kemerdekaan Tentu kealiman Syekh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan tidak bisa terlepas dari didikan para ulama Kota Makkah ketika itu. Di antara ulama yang dianggap sebagai syekh futuh beliau atau guru yang banyak berperan dalam pengembangan keilmuan beliau adalah Syekh Usman bin Hasan Dimyathi al Azhari. Syekh Usman ialah pemuka ulama Mesir yang mendapatkan ilham untuk datang ke Kota Makkah dan membuka halakah keilmuan, dan salah satu murid yang mewujudkan ilham tersebut adalah Syekh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan. Karena dari Syekh Sayyid Zaini Dahlan kemudian membentuk jejaring ulama yang sangat banyak, bahkan beliau bisa digolongkan sebagai Syekhul Masyayikh atau Mahaguru ulama di Nusantara. Banyak sekali ulama dari berbagai wilayah yang kemudian belajar dan menimba ilmu dari Sayyid Ahmad Zaini Dahlan. Sebut saja di antara para ulama tersebut adalah Syekh Sayyid Abu Bakar Syatta al-Dimyathi, Syekh Nawawi al Bantani, Syekh Saleh Darat Semarang, Syekh Abdul Hamid Kudus, Syekhuna Cholil Bangkalan, Sayyid Abdullah Zawawi, Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, Tuan Kisai Syekh Amrullah, Sayyid Utsman Mufti Batavia, Syekh Sayyid Ali Al-Maliki, Syekh Abdul Wahab Basilam, dan beberapa ulama dari Fathani Thailand seperti pengarang Kitab Mathla’ul Badrain, Aqidatun Naji’in dan lain-lain. Bahkan beberapa ulama besar Aceh diperkirakan berguru kepada beliau adalah Teungku Chik Abdul Wahab Tanoh Abee, Teungku Chik Di Tiro, Teungku Chik Pantee Kulu, Teungku Chik Pantee Geulima, karena masa kedatangan para ulama Aceh tersebut, ketika puncak karier ilmiahnya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan. Adapun Syekh Abdul Wahab Tanoh Abee yang dikenal dengan Teungku Chik Tanoh Abee Qadhi Rabbul Jalil kerajaan Aceh disebutkan selain mengambil ijazah sanad dari Syekh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, juga sempat berguru kepada gurunya Sayyid Ahmad Zaini yaitu Syekh Utsman bin Hasan al Dimyathi. Karena usia antara kedua orang ulama itu berdekatan. Syekh Sayyid Zaini Dahlan diperkirakan lahir tahun 1816 dan wafat pada tahun 1886. Pada saat beliau menjadi Mufti Syafi’i untuk kota Makkah, ada ulama besar dari India yang mencari suaka politik ke Makkah yaitu Syekh Rahmatullah Hindi. Syekh Rahmatullah Hindi inilah sosok pendiri Madrasah Saulatiah yang banyak mengkader ulama-ulama di Indonesia. Bahkan pendiri Darul Ulum Makkah juga lulusan Madrasah Saulatiah tersebut. Selain sebagai ulama yang banyak mengkader para ulama generasi sesudahnya, Syekh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan juga seorang ulama penulis. Banyak kitab-kitab yang beliau tulis tersebar ke seluruh penjuru dunia, baik dalam bidang sejarah, fikih, tauhid, tasawuf dan ilmu gramatika Arab. Salah satu karyanya adalah Kitab Mukhtasar Jiddan yang merupakan ulasan tuntas untuk Matan Jurumiyah. Kitab Mukhtasar merupakan kitab yang membahas ilmu nahwu, dimana Syekh Sayyid Zaini Dahlan di bagian awal kitab menyebutkan kisah asal muasal ilmu nahwu. Di bagian awal kita tersebut juga beliau mengulas tentang mabadi’ asyarah atau pengantar awal sebelum mengaji ilmu nahwu secara mendalam. Dari tulisannya nampak beliau seorang yang berfikir sistematis dan langsung ke persoalan. Hal yang menarik dari Kitab Mukhtasar Jiddan beliau di bagian akhir juga menceritakan secara sekilas tentang penyusunan Matan Jurumiyah yang banyak disyarah oleh para ulama dari generasi ke generasi. Baca Juga Raudhah al-Hussâb fî A’mâl al-Hisâb, Manuskrip Matematika Islam Nusantara Karangan Syekh Ahmad Khatib Minangkabau Pada masa hidupnya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan juga puncak dari pergerakan Wahabiyah di Kota Suci Makkah. Dan beliau termasuk ulama yang banyak membantah kekeliruan pemahaman dari aliran tersebut. Beliau dengan gamblang dan jelas mengkritisi hal-hal yang meleset dari pemahaman Syekh Muhammad bin Abdul Wahab. Sebagai seorang ulama, Syekhul Islam dan Mufti Syafi’i, Syekh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan telah menyelesaikan risalah sebagai Waratsah Nubuwah. Beliau juga seorang ulama mujaddid yang telah mentajdid agama dengan murid-muridnya yang tersebar di seluruh dunia Islam. Setelah berbagai kiprah yang besar, pada tahun 1886 dalam usia sekitar 70 tahun wafatlah ulama besar tersebut di Madinah.[] Rahimahullah Rahmatan Wasi’atan. Alfaatihah.
SayyidAhmad Zaini Dahlan merupakan seorang Syeikhul Islam, Mufti Haromain dan Pembela Ahlus Sunnah Wal Jama`ah. Berasal dari keturunan yang mulia, ahlul bait Rosulullah Saw. Silsilah beliau bersambung kepada Sayyidina Hasan, cucu kesayangan Rasulullah SAW.

Daftar Isi Profil Sayyid Ahmad Zaini Dahlan1. Kelahiran2. Wafat3. Pendidikan4. Murid-Murid5. Mendapatkan Isyarat Ilahi6. Karya-KaryaKelahiranSayyid Ahmad Zaini Dahlan lahir pada tahun 1226 H /1811 M, riwayat lain lahir Jumadil Awwal 1233 H atau bertepatan pada tanggal 9 Maret 1818 M di Ahmad Zaini Dahlan adalah seorang Syeikhul Islam, Mufti Haromain dan Pembela Ahlus Sunnah Wal Jama`ah. Berasal dari keturunan yang mulia, ahlul bait Rosulullah beliau bersambung kepada Sayyiduna Hasan, cucu kesayangan Rasulullah Saw. Berdasarkan kitab Taajul-A`raas, juz 2, halaman 702 karya al-Imam al-A`llaamah al-Bahr al-Fahhamah al-Habib A`li bin Husain bin Muhammad bin Husain bin Ja`far al-A`ththoos. Nasabnya adalah seperti berikutSayyid Ahmad bin Zaini Dahlan bin Ahmad Dahlan bin Utsman Dahlan bin Ni’matUllah bin Abdur Rahman bin Muhammad bin Abdullah bin Utsman bin Athoya bin Faaris bin Musthofa bin Muhammad bin Ahmad bin Zaini bin Qaadir bin Abdul Wahhaab bin Muhammad bin Abdur Razzaaq bin Ali bin Ahmad bin Ahmad Mutsanna bin Muhammad bin Zakariyya bin Yahya bin Muhammad bin Abi Abdillah bin al-Hasan Sayyidina Abdul Qaadir al-Jilani, Sulthanul Awliya bin Abi Sholeh bin Musa bin Janki Dausat Haq bin Yahya az-Zaahid bin Muhammad bin Daud bin Muusa al-Juun bin Abdullah al-Mahd bin al-Hasan al-Mutsanna bin al-Hasan as-Sibth bin Sayyidinal-Imam Ali & Sayyidatina Fathimah al-Batuul rodliyallahu anhuma wa `anhum ajma`in binti Khatam an Nabiyyin Habib Rabbi al’ alamin Sayyid Wa Maulana Muhammad bin Abdillah Nurin min nurillah, Allahumma Shalli wa salim wa Barik Ahmad Zaini Dahlan wafat pada malam Ahad 4 Safar 1304 H /1886 M. Jenazah beliau disemayamkan di pekuburan Baqi', di antara kubah para keluarga dan putri Nabi akhir hayatnya, tepatnya pada akhir bulan Dzulhijah tahun 1303, ia memilih pergi ke kota Madinah. Maksudnya hendak bermukim beberapa lama sambil mengajar di sana. Namun di Madinah ia lebih memfokuskan diri beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tiap pagi dan sore ia secara rutin menziarahi makam datuknya, Rasulullah wafat dan tempat wafat Sayyid Ahmad telah disyaratkan oleh Habib Abu Bakar bin Abdurrahman bin Syihab melalui 9 bait-bait syair yang ia berikan kepada Sayyid ahmad sendiri, setahun sebelum ia Ahmad Zaini Dahlan mendapatkan pendidikan dasar dari ayahandanya sendiri sampai berhasil menghafalkan Al Qur'an dan beberapa kitab matan Alfiyah, Zubad dan lain-lain. Kemudian ia menuntut ilmu di Masjidil Haram kepada beberapa Syaikh. Al Allamah Syaikh Utsman bin Hasan Ad Dimyathi al Azhari merupakan "Syaikh Fath" yang banyak memepengaruhi menimba ilmu di kota kelahirannya, beliau kemudian dilantik menjadi mufti Mazhab Syafii, merangkap Syeikh al- Haram yaitu “pangkat” ulama tertinggi yang mengajar di Masjid al-Haram yang diangkat oleh Syeikh al-Islam yang berkedudukan di Istanbul, Turki. Beliau sangat terkenal, dan berawal dari itulah maka beliau diberi berbagai gelar dan julukan antaranya al-Imam al-Ajal Imam pada waktunya, Bahrul Akmal Lautan Kesempurnaan, Faridu Ashrihi wa Aawaanihi Ketunggalan masa dan waktunya, Syeikhul-Ilm wa Haamilu liwaaihi Syeikh Ilmu dan Pembawa benderanya Hafidzu Haditsin Nabi – Shallalahu Alaihi wa Sallam – wa Kawakibu Sama-ihi Penghafal Hadits Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan Bintang-bintang langitnya, Ka’batul Muriidin wa Murabbis Saalikiin Tumpuan para murid dan Pendidik para salik.Sayyid Ahmad pernah mendapatkan ijazah dan ilbas dari Habib Muhammad bin Husein Al Habsyi, mufti Makkah. Ia juga mendapatkan sanad dari Habib Umar bin Abdullah al Jufri dan Habib Abdur Rahman bin Ali Assegaf. Sebagai ilmuwan sejati ia mendalami fiqh Mazhab Imam Hanafi kepada Al Allamah Sayyid Muhammad Al Katbi. Tetapi tidak hanya fiqh Mazhab Hanafi. Pada Akhirnya ia mampu menguasai empat mazhab dengan sempurna. Setiap kali ada pertanyaan ditujukan kepadanya, ia senantiasa menjawab dengan dasar empat mazhab tersebutAlhasil, jika ada permasalahan sulit dan para ulama tak mendapatkan jalan keluar, sering kali Sayyid Ahmad menjadi pemecah kebuntuan. Karena ketinggian ilmunya. Sayyid Ahmad mendapatkan kepercayaan sebagai pengajar tertinggi di Masjidil Haram. Padahal, kala itu untuk menjadi pengajar seseorang harus lulus uji kemampuan kurang lebih 15 macam disiplin ilmu oleh para ulama besar di bidangnya mulia Sayyid ahmad, tidaklah membuat Sosok beliau besar kepala. Ia tetap mengedepankan musyawarah dan diskusi bersama ulama lain dalam menyikapi permasalahan beliau Sayyidi Abu Bakar Syatho ad-Dimyathi dalam “Nafahatur Rahman” antara lain menulis “Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan hafal al-Qur`an dengan baik dan menguasai 7 cara bacaan Qur`an 7 qiraah. Beliau juga hafal kitab “asy-Syaathibiyyah” dan “al-Jazariyyah”, dua kitab yang sangat bermanfaat bagi pelajar yang hendak mempelajari qiraah 7. Kerana cinta dan perhatiannya pada al-Qur`an, beliau memerintahkan sejumlah qari untuk mengajar ilmu ini, beliau khawatir ilmu ini akan hilang jika tidak diajar terus.”Murid-MuridDiantara murid-murid beliau yang terkenal ialah Sayyid Abu Bakar Syatho ad-Dimyathi rhm. Pengarang “I’anathuth-Tholibin Syarh Fath al-Mu’in karya al-Malibary” yang masyhur, Sayyidil Quthub al-Habib Ahmad bin Hasan al-Aththas rhm, Sayyid Abdullah az-Zawawi Mufti Syafi`iyyah, Mekah. Sayyid Abu Bakar Syatho ad-Dimyathi telah mengarang kitab bernama “Nafahatur Rohman” yang merupakan manaqib atau biografi kebesaran gurunya Sayyid Ahmad ulama-ulama Nusantara yang pernah berguru dengan ulama besar ini ialah1. Syeikh Nawawi bin Umar Al-Jawi Al-Bantani Jawa Barat2. Syeikh Abdul Hamid Kudus Jawa Timur3. Syeikh Muhammad Khalil al-Maduri Jawa Timur4. Syeikh Muhammad Saleh bin Umar, Darat Semarang5. Syeikh Ahmad Khatib bin Abdul Latif bin Abdullah al-Minankabawi Sumatra Barat6. Syeikh Hasyim Asy’ari Jombang Jawa Timur7. Sayyid Utsman bin aqil bin Yahya Betawi DKI Jakarta8. Syeikh Arsyad Thawil al-Bantani Jawa Barat9. Tuan guru Kisa-i Minankabawi [atau namanya Syeikh Muhammad Amrullah Tuanku Abdullah Saleh. Beliau inilah yang melahirkan dua orang tokoh besar di dunia Melayu. Yang seorang ialah anak beliau sendiri, Dr. Syeikh Haji Abdul Karim Amrullah. Dan yang seorang lagi ialah cucu beliau, Syeikh Abdul Malik Karim Amrullah HAMKA10. Syeikh Muhammad bin Abdullah as-Shuhaimi11. Syeikh Ahmad bin Muhammad Zain al-Fathoni12. Tuan Hussin Kedah Malaysia13. Syeikh Ahmad Yunus Lingga,14. Datuk Hj Ahmad Ulama Brunei Dar as-Salam15. Tok Wan Din, nama lengkapnya Syeikh Wan Muhammad Zainal Abidin al-Fathoni,16. Syeikh Abdul Qadir al-Fathoni Tok Bendang Daya II,17. Haji Utsman bin Abdullah al-Minankabawi, Imam, Khatib dan Kadi Kuala Lumpur yang pertama,18. Syeikh Muhammad al-Fathoni bin Syeikh `Abdul Qadir bin `Abdur Rahman bin `Utsman al-Fathoni19. Sayyid `Abdur Rahman al-Aidrus Tok Ku Paloh20. Syeikh `Utsman Sarawak21. Syeikh Abdul Wahab RokanMendapatkan Isyarat Ilahi"Suatu hari ketika aku sedang berziarah ke makam Sayyidina Husein di Mesir, antara tidur dan terjaga, aku merasakan diriku berada di Makkah. Kemudian aku memasuki Masjidil Haram dan menanam pohon. Ajaibnya pohon itu tumbuh dengan cepat dan cabang-cabangnya memenuhi Masjidil Haram dan berbuah banyak." Begitulah cerita Syaikh Utsman bin Hasan, guru Sayyid itu bermimpi, dia adalah ulama terkemuka di Mesir. Setelah bermimpi demikian, tanpa ragu lagi ia segera berpindah ke Makkah dan membuka Majlis ta'lim di Masjidil Haram yang langsung diikuti banyak orang termasuk Sayyid Ahmad. Selang beberapa lama setelah melihat potensi besar dan kepatuhan Sayyid Ahmad kepadanya, Syaikh Utsman mulai mengeti ta'bir Tafsir mimpinya."Insya Allah kamulah Sayyid Ahmad, pohon yang aku lihat dalam mimpi. dan darimulah akan menyebar ilmu Syariat hingga akhir Zaman," ujar Syaikh Utsman kepada Syaikh Ahmad. Tiga tahun sebelum Meninggal dunia, Syaikh Utsman menyerahkan urusan pengajaran dan majelis-majelisnya di Masjidil Haram kepada Sayyid Ahmad mempunyai metode pengajaran yang sangat efektif. Satu metode yang belum pernah dipraktekan para ulama sebelumnya ialah, ia senantiasa mengajarkan ilmu-ilmu dasar terlebih dahulu sebelum mengajarkan kitab-kitab besar. Ia mengajarkan hukum-hukum yang bersifat detil furu' terlebih dahulu sebelum memberikan dasar hukum yang merupakan teori umum ushul. Metode pendidikan akhlaknya adalah dengan memberikan teladan dalam ucapan ddan tingkah semangat tinggi ia selalu memperhatikan keadaan membersihkan mereka dari sifat jelek dengan Riyadhah yang sesuai kondisi tiap individu, lalu menghiasi mereka dengan akhlak-akhlak yang mulia. Jika ia melihat salah seorang muridnya mempunyai suatu kelebihan dalam satu bidang tertentu, ia menyuruhnya mengajar murid di bawahnya. Berkat metode inilah, dengan singkat, Masjidil Haram dipenuhi para penuntut ilmu dari penjuru dunia, dan lahirlah ulama-ulama besar yang menyebarkan ilmunya ke seluruh pelosok itu, ia juga mempunyai perhatian terhadap nasib orang-orang yang berada di daerah pelosok. Khususnya mereka yang kurang peduli terhadap urusan pendidikan. Di sela-sela kesibukannya mengajar di Masjidil Haram, ia acapkali pergi ke pelosok-pelosok pegunungan sekitar Makkah untuk mengajarkan ilmu Al Qur'an dan ilmu-ilmu dasar yang merasa tak mampu lagi bepergian jauh, ia menugaskan beberapa murid untuk mengantikannya. Ia pun menulis Syarah "Al Ajrumiyah" dengan cara yang dirasa akan memudahkan orang-orang awam dalam memahami gramatika bahasa arab. Ia membegikan buah penanya itu secara perjuangannya tersebut, ilmu syariat tersebar merata sampai ke pelosok-pelosok Jazirah Arab. Di bawah asuhannya, tercatat sekitar 800 anak penduduk pelosok Arab yang berhasil menghafalkan Al Qur'an, dan sebagian lainnya memfokuskan diri mempelajari ilmu fiqh, ada pula yang menekuni ilmu lughah sastra arab.Karya-KaryaDi sela-sela kesibukannya mengajar dan berdakwah, Sayyid Ahmad juga produktif menghasilkan karya tulis yang berkualitas. Di antara kitab-kitab karyanya adalah Bidang Tassawuf, Taysirul Ushul wa Tashilil Wushul, ringakasan Risalah Qusairiyah. Juga syarah Syaikhul Islam, ringkasan Minhajul Abidin karya Al Ghazali, Al Lujainul Masbuk yang merupakan ringkasan bab syukur dalam kitab Ihya Ulummudin' Karya Al bidang tarikh atau sejarah karya-karyanya adalah As Siratun Nabawiyah, Al Futuhatul Islamiyah, Al Fathul Mubin fi siratil Khulafir Rasyidin, ringkasan masrau' Rawi tentang manaqib Bani Alawi. Juga Ad-Durruts Tsamin yang berisikan biografi para pemimpin kekhalifahan Islam, Bahaul'ain fi Binail Ka'bah wa Maatsaril Haramain, Irsyadul 'Ibad fi Fadhailil Jihad, Ad-Duras Saniyah Fir radd' Alal Wahabiyah yang berisikan argumen dan dalil-dalil yang menentang aliran Wahabi, dan Asnal Mathalib yang bersikan dalil selamatnya paman Nabi Muhammad Saw, Abu bidang tauhid ia menulis Fathul Jawwad, Syarah kitab Faidhhur Rahman, dan sebuah risalah yang membahas perbedaan mendasar antara pahamm Ahlus Sunnah dengan selainnya. dalam bidang Nahwu Syarah Al-Ajrumiyah, Syarah Alfiyah, dan sebuah risalah yang membahas bacaan "Basmala". Dalam bidang ma'ani dan bayan, telah ditulisnya sebuah kitab As-Samarqandyi dan Hasyiyah kitab Zubad karya Ibnu Ruslan, Hasyiyah kitab Mukhtashar Iydhah karya Syaikh Abdur Rauf dan kumpulan fatwa yang merupakan jawaban atas kumpulan syair. Itu semua menunjukkan kedalaman ilmu pengetahuannya dalam segala bidang. Beliau mempunyai risalah khusus yang berisi shighat shalawat.

SayyidAhmad bin Zaini Dahlan (wafat 1304) -mufti Madzhab Syafi'I di mekkah-Yahya Al Qalyubi Muhammad Shalih Al Kurdi Mengenai bagaimana semangat Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah dalam thalabul 'ilmi, mari sejenak kita dengarkan penuturan seorang ulama yang sezaman dengan beliau, yaitu Syaikh 'Umar 'Abdul Jabbar rahimahullah dalam

WhatsApp Facebook Twitter Pinterest Linkedin Copiar Link Zayn Malik e Gigi Hadid Photo by Neil Mockford/GC Images Foto GC Images Zayn Malik se envolveu em uma grande discussão com a família de sua ex-namorada e mãe de sua filha, Gigi Hadid. Segundo o TMZ, na quinta-feira 28, Yolanda Hadid, sogra do cantor, afirmou que teria sido agredida por Zayn na semana passada após um desententimento e estaria pensando seriamente em fazer um boletim de a notícia vir à tona, Malik se pronunciou e disse que este era um "assunto privado" e seria discutido internamente. Nesta sexta-feira 29, o mesmo portal de notícias descobriu que na verdade o caso se tornou um assunto público, já que Zayn foi acusado de crimes contra Gigi e Yolanda Hadid e acabou aceitando a foi acusado de 4 crimes de assédio e, segundo o portal "embora um médico oficial diga que ele confessou ser culpado de um, os funcionários do tribunal afirmaram que ele não contestou os outros três."De acordo com os documentos, obtidos pelo TMZ, Zayn estava na casa que dividia com Gigi na Pensilvânia em 29 de setembro e teve uma discussão. Ele supostamente chamou Yolanda de "vagabunda holandesa do caralho", ordenou-lhe que "ficasse longe da [minha] filha do caralho" e "a porra do esperma que saiu da [minha] porra do c ***". Ele então teria "empurrado ela [Yolanda] em uma cômoda causando angústia mental e dor física".Zayn nega qualquer contato físico, mas não contestou o assédio e foi multado. Ele está em liberdade condicional de 90 dias para cada acusação, totalizando 360 dias. Ele também deve concluir uma aula para "controle da raiva" e um programa contra a violência doméstica. Ele não pode ter contato com Yolanda ou com seu segurança. Zayn, Gigi e Yolanda durante a revelação do sexo do primeiro filho do ex-casal Foto Reprodução Quanto à acusação de assediar Gigi, de acordo com os médicos do tribunal, ele gritou com a modelo "Prenda algumas bolas de merda e defenda seu parceiro contra sua mãe em minha casa". Fontes disseram ao portal que Gigi estava em Paris na ocasião e Zayn supostamente falou com ela por telefone durante o um segurança por perto e, de acordo com os médicos, Zayn gritou "Tire a merda da porra do segurança da minha casa." Os médicos dizem que ele tentou lutar contra o que todas as condições sejam concluídas após 6 meses, o juiz pode encerrar a liberdade e Gigi se separaram após 6 anos de namoro. Eles são pais de Khai, uma menina de 1 é uma ex-modelo e mãe de Bella Hadid, Gigi e Anwar Hadid, que vem a ser namorado de Dua Lipa. Yolanda é uma ex-modelo e mãe de Bella, Gigi e Anwar Hadid, que vem a ser namorado de Dua Lipa. Foto Reprodução Ainda sobre o caso, um representante de Gigi fez um breve comentário em nome da modelo após a declaração de Zayn e o relato dele sobre a agressão “Gigi está focada exclusivamente no melhor para Khai. Ela pede privacidade durante esse período.” Nem Zayn nem Gigi comentaram sobre a separação em suas redes fez dois comentários sobre as alegações de ter batido em Yolanda. Ele disse ao TMZ, depois que o veículo publicou sua história, que "Eu nego veementemente ter atacado Yolanda Hadid e pelo bem da minha filha, recuso-me a dar mais detalhes e espero que Yolanda reconsidere suas falsas alegações e avance para a cura desses problemas familiares em particular.”Ele também publicou uma declaração em seu Twitter, pedindo privacidade pelo bem de Khai."Como todos vocês sabem, eu sou uma pessoa privada e quero muito criar um espaço seguro e privado para minha filha [Khai] crescer. Um lugar onde questões familiares privadas não sejam jogadas no cenário mundial para que todos possam cutucar e separar. Em um esforço para proteger esse espaço para ela, concordei em não contestar reivindicações decorrentes de uma discussão que tive com um membro da família da minha parceira que entrou em nossa casa enquanto minha parceira estava fora, algumas semanas atrás. Este era e ainda deveria ser um assunto privado, mas parece que por enquanto há divisões e, apesar dos meus esforços para restaurar-nos a um ambiente familiar pacífico que me permitirá ser co-pai da minha filha da maneira que ela merece, isso foi 'vazado' para a imprensa."

TuanGuru Ahmad Fansyuri Rahman atau di kenal dengan nama Guru Fansyuri (18 Desember tahun 1975) adalah salah seorang ulama dan tokoh masyarakat di Kota Banjarmasin. Tuan Guru Fansyuri merupakan putra dari pasangan Bapak Bahrani dengan Ibu Dewi. Sayyid Bakri Syatha, 2) Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, 3) Syeikh Muhammad Sa'id Ba Bashil, 4) Syeikh
Sebagian besar dari kita mungkin masih mempunyai pandangan atau stigma negatif jika ada ulama yang dekat dengan penguasa. Stigma tersebut bisa jadi bermula dari anggapan bahwa setiap penguasa itu kotor dan sangat jauh dari doktrin-doktrin keagamaan. Hal tersebut diperparah dengan narasi bahwa sebagian ulama yang mendekat kepada penguasa tidak lain hanyalah boneka yang sedang mencari panggung dengan menjilat penguasa. Tentu pandangan tersebut sangatlah berlebihan. Jika kedua hal tersebut terus dibenturkan ya tentu tidak akan menemukan titik agama dan kekuasaan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya mempunyai pertalian yang begitu kuat. Meminjam istilah Imam Al-Ghazali dua hal tersebut adalah dua saudara kembar yang tidak bisa dipisahkan. الدِّيْنُ وَالْمُلكُ توأمَانِ، فَالدِّيْنُ أَصْلٌ وَالسُّلْطَانُ حَارِسٌ، فَمَا لَا أَصْلَ لَهُ فَمَهْدُوْمٌ وَمَا لَا حَارَسَ لَهُ فَضَائِعٌ“Agama dan kekuasaan negara adalah dua saudara kembar. Agama merupakan pondasi, sedangkan kekuasaan negara adalah pengawalnya. Sesuatu yang tidak memiliki pondasi, akan runtuh, sedangkan sesuatu yang tidak memiliki pengawal, akan tersia-siakan”.Oleh sebab itu di antara para ulama salaf semenjak dahulu juga banyak yang dikenal dekat dengan penguasa. Salah satu ulama yang berinteraksi dengan penguasa adalah Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan, salah seorang mufti Syafi’iyyah di Mekkah abad 19. Ia merupakan mahaguru dari banyak ulama nusantara, seperti Syekh Nawawi al-Bantani, Syekh Abdul Hamid Kudus, Kholil Bangkalan, Sholeh Darat, Sholeh Langitan dan sederet ulama besar lainnya. Secara garis keturunan, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan masih bersambung dengan Syekh Abdul Qodir al-Jailani dan Sayyidina Hasan bin Ali bin Abi Ahmad bin Zaini Dahlan mempunyai kedudukan yang tinggi di kalangan ulama tanah Haram Mekkah. Ia sangat diperhitungkan. Banyak sekali gelar kehormatan yang tersemat dalam dirinya. Ia juga memiliki banyak karya kitab berbagai disiplin keilmuan yang sampai saat ini masih terus dikaji, bahkan di penghujung usianya beliau masih sangat produktif. Setiap hari tak kurang lima halaman kitab selalu ditulis beliau di sela-sela sibuk mengajar di Masjidil Haram dan terus menulis kitab. Syekh Ahmad Zaini Dahlan juga begitu memperhatikan pendidikan di kalangan penguasa. Perhatian terhadap penguasa ini bermula ketika guru beberapa ulama Nusantara ini mendapatkan perintah dan titah oleh gurunya, yakni Sayyid Utsman bin Hasan ad-Dimyathi guru memerintahkannya untuk memperhatikan dan masuk di lingkaran penguasa kala itu. Sayyid Utsman memerintahkan agar ia senantiasa mendampingi para penguasa dalam rangka menyebarkan ilmu di antara mereka, sekaligus memberikan rambu-rambu yang mesti diperhatikan oleh mereka agar tidak melewati batas-batas yang telah diatur oleh syariat. Secara detail pesan Sayyid Utsman pernah dicatat oleh Sayyid Abu Bakar Syatho dalam kitab Nafhat al-Rahman fi Ba’dzi Manqib Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlanالعِلْمُ فِى كُلِّ الناَّسِ حَسَنٌ, وَلَكِنَّهُ فِى الْأُمَرَاءِ وَالرُّؤَسَاءِ أَحْسَنُ. لِأَنَّهُمْ إِذَا صَلَحُوا صَلَحَتْ الرَّعِيَّةُ. وَصَلَاحُهُمْ إِنَّمَا يَكُوْنُ بِالْعِلْمِ وَالرِّوَايَةِ. وَبِهِ يَعْرِفُوْنَ رَتْبَةَ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنْ سَائِرِ الْعِبَادِ فَيُعِيْنُوْنَهُمْ عَلَى مَا أَرَادُوا مِنْ نَشْرِ العِلْمِ وَرَدْعِ الْفَسَادِ“Ilmu bagi sebagian besar manusia akan menjadikan manusia menjadi baik. Sedangkan ilmu jika dimiliki oleh seorang penguasa akan jauh lebih baik. Karena jika para penguasa tersebut baik maka rakyatnya pun juga akan menjadi baik. Dan kebaikan para penguasa tidak lain haruslah berdasarkan ilmu dan riwayat. Dengan dasar ilmu pengetahuan mereka akan mengerti kedudukan dari seorang ahlul ilmi dan ulama di antara semua manusia. Dengan begitu para penguasa akan turut serta membantu misi-misi para ulama untuk menyebarkan ilmu dan memberangus kerusakan.”Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan pun dengan tulus melaksanakan perintah gurunya. Dengan harapan dakwah tersebut bisa menjangkau kalangan yang lebih luas. Sayyid Ahmad pun tak bergeming dengan suara sumbang yang merendahkan keputusannya untuk tetap menjalin relasi ilmu dengan para penguasa. Ia tak memperdulikan semua sekali pihak yang memandang sebelah mata, tak terkecuali beberapa kawan sejawatnya. “Bagaimana bisa seorang ulama masuk dalam lingkaran penguasa, padahal sudah jelas dekat penguasa adalah hal yang dilarang. Ulama istana tak ubahnya adalah pencuri yang juga mesti dipotong tangannya”. Menanggapi hal ini, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan santai saja. Beliau berpendapat bahwa justru para ulama mempunyai kewajiban moral untuk dekat dengan penguasa. Dekat dalam artian memberikan pengaruh dakwah kepada mereka bukan untuk dipengaruhi. Karena menurutnya, ulama memang bisa memberikan hukum halal, haram, boleh atau tidak dalam prespektif syariat, namun ada satu wilayah yang tidak bisa disentuh oleh para ulama, dan wilayah ini hanya bisa dijalankan oleh penguasa. Apa itu? Tidak lain adalah membuat peraturan perundangan undangan dan mengawasi titik ini, menurut Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, ulama tidak bisa berbuat sebagaimana penguasa. Jika pemerintah atau penguasa dalam setiap kebijakannya dipengaruhi dan dilatarbelakangi dengan ilmu para ulama, bisa jadi manfaat dan ilmu para ulama akan lebih bisa diterima oleh masyarakat. Begitu pula sebaliknya. Bayangkan jika ternyata ketika membuat kebijakan para penguasa tidak menjadikan para ulama sebagai dasar. Bisa jadi buah dan hasil kebijakannya akan jauh dari syariat. Dan hal ini tentu adalah tanggung jawab Imam Ghazali pun ikut dikutip. Menurut Imam al-Ghazali, jika tujuan masuk circle kekuasaan adalah untuk membuat kerusakan pada kaum muslimin maka hal ini jelas dilarang agama. Akan tetapi jika sebaliknya maka hal ini sangat dianjurkanإِذَا كَانَ يَسْتَعِيْنُ بِهِ عَلَى إِضْرَارِ الْمُسْلِمِيْنَ وَ إِيثَارِ الدُّنْيَا عَلَى الدِّيْنِ. وَأَمَّا إِذَا كَانَ لِإِصْلَاحِ الْعِبَادِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بِمَمْنُوْعٍ بَلْ هُوَ مُتَعَيَّنٌ عَلَى الْعُلَمَاءِ وَالزُّهَادِ.“Hukum dekat dengan penguasa adalah haram Jika tujuan masuk dalam lingkaran penguasa adalah untuk mencelakai orang Islam dan mengejar kekuasaan dunia,. Adapun jika tujuannya adalah untuk memberikan kemanfaatan kepada manusia maka itu tidaklah dilarang, bahkan itu juga bisa jadi sebuah kewajiban bagi seorang ulama dan para zahid”Sehingga sekalipun Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan dikenal dekat dengan penguasa, akan tetapi terdapat misi dan tujuan besar yang hendak dicapainya. Bukan sekedar dekat atau memanfaatkan’ posisinya seharusnya niat dan tujuan kita dalam menjalin relasi dengan penguasa, yaitu agar masyarakat dan para ulama memiliki andil dalam jalannya roda pemerintahan. Di sisi lain, penguasa tidak seenaknya dalam membuat norma dan relasi ulama dan umara diniati dan terlaksana dengan baik, bukan tidak mungkin kelak akan terwujud tatanan masyarakat yang tenang, sejahtera dan beretika. AN
SyekhAhmad Dahlan Al-Pacitani; Syekh Muhammad Abdul Hay Al-Laknawi; Syekh Muhammad bin Abu Bakr Al-Ushfuri; Syekh Muhammad bin Qasim Al-Ghazzi Syekh Sayyid Ahmad Zaini Dahlan; Syekh Zainuddin Al-Malibari; Kontak kami Maktabah At-Turmusy Litturots. Alamat: Jl. Raya Cilangkap No. 1 RT. 06/12 Cilangkap Tapos - Depok, 16458 Telp: Kantor (021

Ahmadzaini dahlan menfitnah syaikh muhammad bin Abdul wahab. Dalam bantahannya terhadap dakwah syaikh dia memakai hadits munkar dan palsu untuk berhujjah 6.Al-Aliamah Sayyid Mahmud Syukri al-Alusi, ulama Iraq. Kata beliau, "Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan keluarga ilmu di Najd. Bapak beliau Syaikh Abdul Wahhab adalah orang alim dan

KeponakanSayyid Bakri Syatha', yaitu Sayyid Hamzah Syatha', bahkan hijrah dan berdakwah di Sedan, Rembang, Jawa Tengah. Selain al-Maliki, al-Yamani, dan Syatha' Addimyathi, ada juga keluarga Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, Mufti Syafi'iyah di Makkah di era 1860-an yang punya sejarah khusus dengan jaringan ulama Nusantara.

.
  • 6rrw6hmdur.pages.dev/217
  • 6rrw6hmdur.pages.dev/772
  • 6rrw6hmdur.pages.dev/871
  • 6rrw6hmdur.pages.dev/859
  • 6rrw6hmdur.pages.dev/76
  • 6rrw6hmdur.pages.dev/810
  • 6rrw6hmdur.pages.dev/501
  • 6rrw6hmdur.pages.dev/430
  • 6rrw6hmdur.pages.dev/338
  • 6rrw6hmdur.pages.dev/38
  • 6rrw6hmdur.pages.dev/118
  • 6rrw6hmdur.pages.dev/844
  • 6rrw6hmdur.pages.dev/266
  • 6rrw6hmdur.pages.dev/518
  • 6rrw6hmdur.pages.dev/718
  • sayyid ahmad zaini dahlan