RumahDijual di Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jakarta seharga Rp 5200000000 dengan 1 Kamar Tidur dan 1 Kamar Mandi.Bisa Nego ️ KPR ️Strategis ️Agen Resmi & Terpercaya ️. Nomor Listing HO61E1551CA19F8ID DIJUAL RUMAH ASRI BAGUS COCOK BUAT KANTOR SUNGAI BAMBU JAKARTA UTARA Map
Kawasan DKI Jakarta ketika musim hujan tiba, identik dengan bencana banjir. Salah satu penyebabnya adalah pencemaran sungai yang terbentang di kawasan Jakarta secara luas. Setidaknya ada 13 sungai yang melintasi Jakarta dengan dua aliran sungai buatan, yaitu Banjir Kanal Barat dan Banjir Kanal Timur. Dua sungai buatan ini difungsikan untuk menampung air saat volume sungai meningkat dan menyalurkan air agar meminimalisir banjir. Salah satu langkah yang paling sering dilakukan dan masih berlangsung adalah normalisasi sungai-sungai di Jakarta oleh Pemprov DKI Jakarta. Normalisasi dilakukan dengan pengerukan sungai, memperlebar sungai, pemasangan batu kali, pembangunan sodetan, hingga pembangunan tanggul. Ini juga termasuk memastikan Dinas Kebersihan DKI Jakarta membantu mengontrol kebersihan sungai. Beberapa sungai yang menjadi kontributor banjir di Jakarta maupun sungai yang berhasil di normalisasi dapat disimak pada penjelasan di bawah ini. Sungai AngkeKali Baru TimurKali Baru BaratKali CiliwungKali MookervaartKali KrukutKali PesanggrahanKali GrogolKali CakungKali CipinangKali SunterKali Jati KramatKali Buaran Sungai Angke Sungai bernama Kali Angke merupakan sungai yang berada di Jakarta dengan panjang 91,25 km. Sungai ini berhulu di Bogor kemudian melintasi wilayah Jawa Barat hingga bermuara di Cengkareng Drain, Laut Jawa. Sungai Angke juga kadang disebut sungai Cikeumeuh. Banyak yang berpendapat bahwa kata “Angke” pada nama sungai ini didapatkan dari bahasa daerah Tiongkok yang artinya Kali Merah. Kali Merah dimaksudkan untuk menggambarkan pembantaian etnis Tionghoa selama 3 hari oleh VOC di Batavia tahun 1740. KIetika peristiwa tersebut, warna sungai menjadi merah yang berasal dari darah etnis Tionghoa yang dibantai. Sungai Angke tidak pernah kering meskipun musim kemarau. Hal ini disebabkan hulu sungai langsung berada di wilayah yang banyak curah hujan di daerah Bogor. Namun, hal tersebut berdampak pada meluapnya sungai dalam skala besar ketika musim hujan datang. Ini menjadi salah satu penyebab banjir di Jakarta terutama di kawasan Pinang, Cipondoh, Ciledug, Joglo, Kembangan, Rawa Buaya, Duri Kosambi, dan Cengkareng. Sungai ini memiliki suhu rata-rata setahun 27 derajat Celcius dengan suhu tertinggi 30 derajat Celcius pada musim panas. Curah hujan tertinggi biasanya terjadi pada bulan Desember dan terendah biasanya terjadi pada September. Cuaca dan iklim ini cocok dengan tumbuhan yang hidup di hutan hujan tropis, diantaranya pohon rengas, pandan kapur, bambu tali, putat, pulai, kecapi, dan waru. Kali Baru Timur Kali Baru Timur merupakan nama sungai di wilayah Jawa Barat dan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Sungai ini merupakan salah satu saluran sungai yang digali pada abad ke-18 atas perintah Gubernur Jenderal VOC, Gustaaf Willem van Imhoff untuk digunakan sebagai jalur pengangkutan hasil panen dari Bogor menuju Jakarta. Tahun 1753 sungai ini diperpanjang dengan nama Kali Baru. Sungai ini beberapa kali mengalami kerusakan, dan membutuhkan biaya besar untuk memperbaikinya karena penggunaan sungai secara masif sebagai sarana pengangkutan barang. Setelah dua abad dimanfaatkan dalam bidang perdagangan, di tahun 1960-an sungai ini justru menjadi salah satu kontributor banjir di Jakarta Timur. Namun, di tahun 1970-an air jernih mengalir lagi di sungai Kali Baru Timur hingga menjadi sumber kehidupan masyarakat di daerah jalan Raya Bogor dan warga Gedong. Namun, air jernih ini hilang dan berubah drastis menjadi sungai kotor sejak tahun 1975. Hal ini disebabkan pembangunan pabrik yang mengalihfungsikan sungai sebagai tempat pembuangan limbah pabrik serta sawah-sawah yang dilebur menjadi permukiman warga. Pada akhirnya air sungai berwarna coklat keruh hingga kehitaman. Hingga saat ini Kali Baru Timur merupakan sungai yang berpotensi membuat Jakarta banjir karena tumpukan sampah. Oleh karena itu, sungai Kali Baru Timur menjadi salah satu fokus pemerintah untuk dinormalisasi agar dampak kerusakan sungai tidak meluas. Kali Baru Barat Kali Baru Barat merupakan sungai buatan yang dibangun pada masa penjajahan Belanda setelah gagal mengelola Kali Baru Timur. Kali Baru Barat dibuat tahun 1776 sebagai upaya untuk mendapatkan suplai air tambahan yang dialirkan hingga ke Kali Sunter. Sungai ini menghubungkan Kali Cisadane dan Sungai Ciliwung di sebelah utara Bogor. Namun, saat ini Kali Baru Barat sudah terputus alirannya dengan Kali Ciliwung. Kali Baru Barat termasuk ke dalam Sistem Aliran Wilayah Tengah DKI Jakarta bersamaan dengan Kali Ciliwung, Kali Krukut, dan Banjir Kanal Barat. Sungai ini juga menjadi bagian dari Pengendalian Banjir dan Perbaikan Sungai Ciliwung. Aliran sungai ini melintasi Kecamatan Pancoran dan Tebet, Jakarta Selatan. Ini merupakan salah satu sungai yang membuat banjir karena sumbatan tumpukan sampah. Oleh sebab itu pemerintah DKI Jakarta mulai membersihkan sungai Kali Baru Barat sejak tahun 2015 yang memberikan dampak positif berupa air sungai yang semakin jernih dan dapat dimanfaatkan kembali. Kali Ciliwung Sungai Ciliwung kerap dikaitkan dengan banjir yang setiap tahun pasti terjadi di kawasan Jakarta. Namun ternyata dibalik fakta tersebut, sungai Ciliwung sebenarnya merupakan sungai yang telah rusak akibat ulah manusia yang membuang sampah, limbah, hingga menutupi atau menghilangkan area resapan air di sekitar sungai. Sungai Ciliwung memiliki panjang sekitar 120 km dengan luas Daerah Aliran Sungai mencapai 387 km persegi. Hulu sungai Ciliwung berada diantara perbatasan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur, tepatnya di dataran tinggi termasuk gunung Gede, gunung Pangrango, dan Cisarua atau daerah puncak. Sungai ini merupakan sungai yang bersejarah karena sudah ada dan dikelola Belanda sejak berkuasa di Jawa. Sungai Ciliwung juga pernah menjadi benteng alam dari kerajaan Padjajaran tahun 1482 sampai 1567. Sungai Ciliwung yang memang terdengar tidak asing, adalah salah satu sungai yang menjadi prioritas pemulihan oleh pemerintah Indonesia. Pada tahun 2020 pemerintah merancang anggaran sebanyak dua triliun rupiah untuk menormalisasi fungsi Ciliwung. Hal ini dikarenakan sungai Ciliwung sudah sangat parah kerusakannya, misalnya hilangnya spesies dari 187 jenis ikan, kini yang tersisa hanya 20 jenis dan terancam punah. Sampah dan limbah juga ditampung di sungai Ciliwung dalam jumlah yang sangat besar, yang menjadi penyebab utama banjir. Sejak tahun 2012 tepatnya tanggal 11 November diperingati sebagai Hari Ciliwung. Hari ini diciptakan karena keberhasilan masyarakat menemukan 2 ekor bulus sejenis kura-kura yang merupakan hewan endemik yang harus dijaga di sungai Ciliwung. Dengan ini, setiap tanggal 11 November menjadi peringatan untuk semua masyarakat yang tinggal di daerah sekitarnya untuk menjaga, merawat, dan memperbaiki kualitas sungai Ciliwung agar kualitas kehidupan masyarakat pun meningkat. Kali Mookervaart Sungai Mookervaart adalah sungai buatan yang dibangun tahun 1678 sampai 1689. Pada awalnya sungai dibangun untuk menghubungkan saluran penampungan air di kota Jakarta saat itu disebut Batavia untuk menambah volume air, sekaligus mengendalikan banjir. Pada tahun 1732 pemerintah Belanda memerintahkan penggalian sungai yang lebih dalam agar dapat mensuplai lebih banyak air ke kota, tetapi justru menjadi awal penularan penyakit malaria akibat semakin banyak genangan air diam. Dampak lain dari pembangunan tersebut yakni meluap tingginya sungai ini pada musim hujan sehingga memicu banjir. Kali Mookervaart memiliki panjang 13 km dengan Daerah Pengaliran Sungai DPS seluas 67 km persegi. Saat ini sungai tersebut menjadi sebuah saluran air di provinsi Jakarta yang terhubung dengan Kali Angke dan sungai Cisadane di kota Tangerang. Sungai ini menjadi salah satu sungai penting untuk mengendalikan banjir di Jakarta. Namun, kegagalan pembangunan pada masa penjajahan Belanda menyebabkan sungai Mookervaart pun dapat memicu banjir. Ketika sungai ini meluap, maka jalan Daan Mogot di Jakarta Barat selalu banjir dan memicu kemacetan yang semakin parah. Kali Krukut Nama “Krukut” diambil dari nama perkampungan di kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat, terletak di antara dua sungai yakni Kali Ciliwung dan Kali Cideng. Kali Cideng kemudian berganti nama menjadi Kali Krukut. Sungai ini pada awalnya merupakan sungai yang sangat bersih bahkan menjadi tujuan wisatawan di bawah pemerintahan Belanda. Namun, sejak makin banyaknya penduduk dan pemerintah Belanda yang kurang mengelola sungai, menyebabkan padatnya pemukiman penduduk di sekitar sungai hingga airnya berubah menjadi kehitaman dan penuh dengan tumpukan sampah, hingga memicu banjir. Kali Krukut berhulu di Situ Citayam, Depok, yang berakhir di wilayah Karet, Tanah Abang. Panjang sungai ini 31,39 km dengan Daerah Pengaliran Sungai DPS seluas 84,99 km persegi. Sepanjang sungai ini mengaliri daerah Bogor, Depok, Jagakarsa, Cilandang, Pasar Minggu, Kemang, Mampang Rapatan, Setiabudi, Pecinan Glodok, Gatot Subroto, hingga berakhir di Banjir Kanal Barat. Bagian hilir dari Kali Krukut ini sudah menjadi penyebab banjir sejak 1890. Namun, pada masa gubernur Ali Sadikin sejak tahun 1966-1977 sudah dilakukan normalisasi untuk meluruskan alur dan melebarkan sungai sehingga sebagian dari sungai tersebut pun jinak. Pada proyek normalisasi tersebuh setidaknya 8000 orang telah digusur dari pinggir Kali Krukut. Akan tetapi tampaknya upaya ini belum maksimal, sehingga saat ini Kali Krukut masih berkontribusi dalam bencana banjir yang terjadi di Jakarta. Contohnya di tahun 2016 kawasan elit yaitu Kemang, Jakarta Selatan terendam banjir hingga berdampak pada rumah-rumah mewah, toko eksklusif, serta ribuan rumah warga. Kali Pesanggrahan Kali Pesanggrahan merupakan nama sungai yang berhulu di Bogor kemudian melintasi kota Depok, Jakarta Selatan. Hilir dari sungai ini berada di wilayah Tangerang. Pada masa pemerintahan VOC sekitar tahun 1720, Kali Pesanggrahan sebenarnya masih digunakan untuk jalur pengangkutan gula dari kebun ke kota Batavia. Akan tetapi sungai ini dianggap kurang penting sehingga terbengkalai dan tidak dikelola oleh pemerintah. Bahkan di masa pemerintahan Indonesia tahun 1970-an, Kali Pesanggrahan hanya dijadikan sebagai tempat pembuangan air dari Kali Grogol. Perhatian mulai didapatkan oleh Kali Pesanggrahan ketika di tahun 1980-an menjadi penyebab banjir di pemakanan Tanah Kusir, salah satu tempat pemakaman di Jakarta. Di tahun 2012 Kali Pesanggrahan dianggap sebagai penyumbang terbesar dari bencana banjir di Jakarta dan kawasan Tangerang. Hal tersebut diamini dengan mutu air sungai Pesanggrahan yang dinyatakan sudah tercemar 100 persen, berdasarkan penelitian bersama HSBC, Green Radio, Sanggabuana, dan Tansformasi Hijau. Kondisi air sungai yang sangat parah, dan sama sekali tidak layak digunakan untuk budidaya ikan. Bahkan di dalam sungai ditemukan hasil limbah logam seperti timah hitam, air raksa, dan kromium heksavalen yang tidak layak pakai. Oleh sebab itu sungai ini hanya dapat menjadi tempat hidup siput dan cacing. Karena kerusakan sungai dan besarnya kontribusi terhadap banjir di Jakarta, program normalisasi Kali Pesanggrahan sudah dilakukan sejak tahun 2013. Proyek ini dilakukan dengan meluruskan aliran kali, serta membangun waduk di sekitar Jakarta Selatan sebagai tempat untuk menyimpan air di hulu sungai. Pembangunan tersebut sempat mengalami kontroversi karena warga keberatan atas nilai ganti rugi yang diberikan pemerintah kepada warga sekitarnya. Namun, konfrontasi dapat diselesaikan setelah negoisasi langsung dengan Joko Widodo. Akan tetapi tampaknya proyek ini pun tidak berhasil karena di tahun 2017 sungai ini kembali meluap dan membanjiri ratusan rumah di Pondok Pinang. Kali Grogol Kali Grogol adalah nama sungai yang mengalir di bagian barat Provinsi Jakarta. Kali Grogol berhulu di kabupaten Bogor dan mengalir ke utara melewati Kali Krukut. Sungai ini memiliki panjang 23,45 km yang melintasi Desa Sukadamai dan Desa Kencana. Sungai ini adalah saluran pembuangan bagi masyarakat yang tinggal di wilayah kecamatan Palmerah. Meskipun sungai ini sudah dibentuk kanal-kanal sebagai pintu air di tepi sungai, tetapi masih menjadi penyebab banjir di Jakarta. Sejak tahun 2014 Kali Grogol sebenarnya sudah mendapatkan perhatian pemerintah. Bangunan-bangunan liar di pinggir sungai kala itu sudah digusur dan 58 keluarga sudah diberikan perumahan pengganti. Selanjutnya di tahun 2018 pemerintah Jakarta menormalisasi sungai dengan membangun balok beton untuk menahan tanah atau menahan masuknya air ke lubang galian. Hal ini ditujukan untuk mengatasi masalah banjir di kecamatan Palmerah. Proyek normalisasi ini berhasil dan selesai di tahun 2019. Kali Grogol yang dulunya merupakan kawasan kumuh dan kotor kini terlihat bersih dan tertata rapi. Kali Cakung Kali Cakung berhubungan dengan kali Jati Kramat dan Kali Buaran. Ketiga sungai ini bentuknya berkelok-kelok dengan hulu di Bekasi hingga bermuara di teluk Jakarta. Bentuknya yang berkelok membuat banyak masyarakat yang bermukim di pinggiran alur sungai Kali Cakung. Dahulu sekitar tahun 1960-an sungai ini menjadi salah satu sumber air untuk pengairan sawah, bahkan bisa diminum. Namun, di tahun 1990 banyak pendatang yang bermukim di Kelurahan Pulogebang, Kecamatan Cakung. Sejak itu pula area persawahan menjadi tempat permukiman sehingga tidak ada lagi daerah resapan untuk sungai. Kali Cakung pun selalu meluap di musim hujan dan berkontribusi dalam bencana banjir di Jakarta. Untuk menangani masalah ini, pada tahun 2010 pemerintah provinsi DKI Jakarta melakukan pembangunan dengan pembuatan badan air untuk menampung air permukaan yang dinamakan Banjir Kanal Timur. Kanal ini memotong Kali Buaran, Kali Jati Kramat, Kali Sunter, Kali Cipinang, serta Kali Cakung. Dengan adanya kanal ini banyak permukiman yang terselamatkan dari banjir. Dahulu sebelum pembangunan kanal, setiap Kali Cakung meluap akan merendam rumah-rumah penduduk hingga satu meter. Hingga saat ini Kali Cakung masih tetap menjadi penyebab banjir di Jakarta dikarenakan penyempitan alur sungai yang memiliki panjang 39,59 km ini. Daerah Pengaliran Sungai DPS seluas 154,78 km persegi. Selain itu, terdapat pengalihan alur sungai yang tidak sebanding dengan kapasitas input aliran air. Untuk menangani masalah ini pemerintah sudah berencana melebarkan dimensi Kali Cakung menjadi 12-15 meter, serta menambah kedalaman hingga 3 meter untuk menampung lebih banyak debit air. Bersamaan dengan hal ini, pemerintah juga menertibkan bangunan-bangunan yang menghambat aliran Kali Cakung. Kali Cipinang Kali Cipinang terletak di kawasan Jakarta Timur tepatnya di Kecamatan Makassar. Sungai ini pernah menjadi sungai yang kaya akan berbagai jenis ikan seperti mujair, tawes, dan lele. Bahkan bersihnya air sungai ini membuat banyak masyarakat yang menjadikannya tempat mandi. Luas Kali Cipinang juga masih lebar hingga 7 meter dan kedalalaman 3-4 meter. Namun, itu terjadi puluhan tahun lalu, karena sejak 10 tahun yang lalu bantaran Kali Cipinang sudah padat pemukiman. Warga membangun tempat tinggal hingga kontrakan-kontrakan yang sempit membuat sungai ini menjadi hitam tercemar. Selain itu, salah satu perusahaan tekstil dari Ciracas juga membuang limbah perusahaannya di Kali Cipinang. Bahkan bekas tempat pemancingan di Kali Cipinang menjadi tempat tumpukan sampah selama berpuluh-puluh tahun hingga tingginya mencapai atap rumah. Akibatnya banjir tidak terhindarkan dan bisa mencapai 1,5 meter. Sungai sepanjang 37,68 km dengan Daerah Pengaliran Sungai seluas 57,45 km persegi ini, sedang menjalani normalisasi yang dilakukan melalui Banjir Kanal Timur. Pada tahun 2014 rencana normalisasi terhadap Kali Cipinang yakni akan dilebarkan menjadi 12 meter dan digali kembali hingga kedalaman 3 meter. Sampah yang menggunung tersebut pun akhirnya di tahun 2015 diangkut dengan pengerukan sampah ketika masa gubernur Basuki Tjahaja Purnama. Sampai detik ini normalisasi bantaran Kali Cipinang masih dilakukan, salah satunya dengan pembuatan waduk. Kali Sunter Kali Sunter mengalir di bagian timur Jakarta dengan panjang aliran sungai 37 km. Daerah aliran sungai ini sangat padat penduduknya sehingga tak heran jika menjadi langganan banjir. Namun, saat ini kondisi Kali Sunter mulai membaik karena normalisasi cukup berhasil mengurangi dampak banjir tersebut. Salah satu wilayah yang telah sukses menghindari banjir adalah Kelurahan Cipinang Melayu yang menjadi salah satu kampung di bantaran Kali Sunter. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memberikan cukup banyak perhatian dan penanganan Kali Sunter sejak tahun 2020 lalu. Sejauh ini pemerintah provinsi DKI Jakarta telah melakukan pengerukan di tanggul-tanggul dekat aliran Kali Sunter. Pembebasan lahan warga juga sedang melalui proses ganti rugi, proyek ini merupakan kerjasama dengan Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat PUPR. Ganti rugi untuk pembebasan lahan sudah terealisasi untuk beberapa orang sejak tahun lalu. Kabar baiknya banjir terakhir yang terjadi di Jakarta awal tahun 2021, tidak berdampak pada Kali Sunter sehingga kawasan Cipinang Melayu dapat menuntaskan banjir. Meski demikian, proses normalisasi masih terus dilakukan untuk mengantisipasi banjir di masa depan. Kali Jati Kramat Sungai Kali Jati Kramat memiliki panjang 14,5 km dengan luas daerah pengaliran sungai 16,50 km persegi. Sungai ini mengalir dari kota Bekasi dan bagian timur di Jakarta. Muara sungai berada di Marunda, Jakarta Utara, dengan hilir ditampung di Banjir Kanal Timur. Kanal ini merupakan upaya teknologi untuk mengatasi banjir dengan memberikan ruang air sungai agar adanya drainase pembuangan dari limbah industri maupun pemukiman. Sejak tahun 2000, Kali Jati Kramat diluruskan, digali, dan diperkuat tebingnya dengan beton untuk mengurangi dampak banjir. Kemudian normalisasi Kali Jati Kramat dilakukan kembali sejak tahun 2015. Sungai Kali Jati Kramat erat kaitannya dengan Kali Cakung dan Kali Buaran yang saling terhubung, sehingga normalisasi ketiga sungai ini dilakukan bersamaan. Sebagai informasi tambahan, di tahun 2007 Kali Jati Kramat dan Kali Buaran meluap dan menyebabkan banjir terparah hingga menenggelamkan ratusan rumah warga hingga lebih dari 1 meter. Namun, saat ini sungai Kali Jati Kramat sebagian sudah berhasil dimanfaatkan kembali sejak pembangunan Banjir Kanal Timur. Aliran Kali Jati Kramat di belakang kompleks Kavling DKI Pondok Kelapa masih asri, airnya jernih dan kanan kiri masih ditumbuhi banyak pohon. Hal ini dikarenakan masyarakat di sekitar kompleks tersebut mampu mengelola sampah secara mandiri. Kali Buaran Sama seperti dua sungai sebelumnya, Kali Buaran berhubungan erat dengan Kali Cakung dan Kali Jati Kramat. Ketiganya berhulu di Bekasi dan bermuara di kawasan Marunda. Sebelum tahun 1990, Kali Buaran sangat bersih sehingga dimanfaatkan untuk irigasi sawah, memenuhi kebutuhan rumah tangga, tempat pemandian hingga banyak anak-anak yang menikmati berenang disana. Namun, memasuki tahun 1993, persawahan di dekat sungai ini mulai hilang berganti dengan pemukiman dan jalan layang yang menghubungkan Jalan Radjiman dengan Jalan Radin Inten II. Jalan tersebut menjadi asal muasal kawasan Kali Buaran semakin padat. Sejak saat itu sungai Kali Buaran menjadi kotor dan keruh, hingga menyebabkan banjir. Banjir di tahun 2007 juga disebabkan oleh luapan Kali Buaran hingga nyaris merendam stasiun Buaran yang berada 5 meter di atas permukaan sungai. Pada tahun 2016 normalisasi Kali Buaran baru dimulai, ditandai dengan kebijakan pemerintah untuk menggusur bangunan-bangunan liar di sepanjang aliran sungai yang memiliki panjang 18,87 km itu. Setelah mengetahui 13 daftar sungai di Jakarta serta fakta-faktanya, mungkin kita sudah tahu bahwa mengelola sungai adalah kewajiban manusia, terutama masyarakat yang berada di wilayah yang dilintasi sungai. Membiarkan sampah menumpuk atau mengeksplotasi daerah resapan air di bantaran sungai, hanya akan memberikan dampak negatif bagi manusia itu sendiri. Sudah saatnya seluruh lapisan masyarakat memahami urgensi memperbaiki sungai dengan mengelola sampah secara mandiri dan mendukung normalisasi yang dijalankan pemerintah.KetuaKomunitas Masyarakat Peduli Sungai Akhmadi mengaku, secara tiba debit air naik dan arus sungai membesar. Bahkan sejumlah rumah mulai digenangi air. "Sekarang ini saya ada di lokasi. Warga mulai waspada air meluap lebih besar," kata Akhmadi. Luapan air Sungai Meninting kembali mengingatkan warga akan banjir yang terjadi tahun 2021 lalu.
RumahCom – Sebuah bangunan rumah tinggal selain direncanakan kuat dan indah, juga harus memenuhi syarat-syarat kesehatan. Sebagaimana sudah dijelaskan pada artikel “Mengenal 4 Syarat Rumah Ideal”, sanitasi masuk ke dalam syarat keempat yang harus Anda perhatikan. Mengetahui pentingnya sistem sanitasi ini akan sangat diperlukan untuk Anda yang berencana membeli rumah baru atau bahkan ingin memugar rumah. Pada dasarnya, perlengkapan sanitasi dapat dibagi menjadi tiga bagian 1. Alat penerima air buangan, terdiri dari kamar mandi, WC, bak dapur, tempat cuci, talang air hujan 2. Saluran pembuangan seperti dari pipa tanah atau pipa beton. 3. Tempat pembuangan seperti riol kota, sungai atau peresapan buatan. Menurut Benny Puspantoro, penulis buku “Konstruksi Bangunan Gedung Tidak Bertingkat”, air buangan dari kamar mandi, bak cuci, talang air hujan dapat langsung dialirkan ke tempat pembuangan. Bila ada riol kota atau sungai di dekatnya, dapat dialirkan ke sana. Tapi bila tidak ada riol kota atau sungai, untuk tempat pembuangan dapat dibuatkan sendiri di tanah halaman. Tempat pembuangan buatan ini disebut sumur peresapan, yaitu menampung air buangan untuk diresapkan ke dalam tanah. Riol kota adalah jaringan saluran pembuangan air kotor di kota, yang menghubungkan saluran riol gedung dengan unit pengolahan air kotor kota. Di Indonesia, sistem pengaliran air kotor dengan sistem pengaliran air hujan terpisah. Sistem pembuangan septic tank source Benny juga menuturkan, air buangan dari WC tidak boleh langsung dibuang ke tempat pembuangan, baik yang berupa riol kota, sungai atau yang buatan, karena kotorannya dapat menimbulkan wabah penyakit. Gambar riol kota source Solusinya, air buangan dari WC harus dimasukkan dulu ke dalam sebuah bak penghancuran kotoran, yang disebut septic tank. Pada septik tank selalu terdapat air. Hal itu bertujuan agar proses penghancuran kotoran lancar. Oleh sebab itu, bak harus dibuat rapat air. Kotoran-kotoran di dalam septic tank akan dimakan oleh bakteri-bakteri penghancur. Untuk menjaga kehidupan bakteri ini bak septic tank harus cukup udara yang segar, untuk memperolehnya bak harus dihubungkan dengan udara luar dengan sebuah pipa hawa. Septic tank juga kerap tersumbat. Ini akan menjadi masalah apabila Anda tidak tahu bagaimana cara menjaganya. Berikut anjuran agar septic tank Anda tidak mengalami penyumbatan – Air yang mengandung sabun atau bahan pencuci lain, tidak boleh masuk ke dalam bak septic tank. Jika air sabun dan bahan pencuci masuk ke dalam septic tank, akan membunuh bakteri-bakteri penghancur. – Bak septic tank dibuat sedekat mungkin dengan WC. Tujuannya agar kotoran tidak terhambat di saluran pembuang. Sebisa mungkin jarak antara bak septic tank dengan sumur dan sumber air bersih lainnya lima meter atau lebih. – Apabila ingin membersihkan WC, Anda bisa menggunakan sikat khusus untuk porselain dan cairan pembersih yang aman dan tidak membunuh bakteri penghancur di dalamnya. Air buangan dapur Kehidupan sehari-hari lainnya, seperti memasak tentu akan menghasilkan air buangan yang kerap menjadi persoalan kebersihan. Pada rumah ideal, sisa-sisa makanan dan air buangan dapur dipisahkan. Jika sisa makanan terbuang ke sumur peresapan akan mengakibatkan pori-pori tanah tertutup dan memungkinkan air buangan tidak lagi dapat meresap ke dalam tanah. Solusinya, air buangan dapur ditampung dulu pada sebuah bak penangkap lemak. Air aliran hujan Aliran air selanjutnya yang harus dipikirkan adalah membuat aliran air hujan agar lancar dan tidak menggenang. Untuk mengalirkan air buangan dari alat penerima ke tempat pembuangan dapat dipakai pipa dari tanah atau pipa beton. Sedangkan untuk air hujan dapat dipakai pipa 1/2 lingkaran yang dipasang terbuka di atas tanah. Saluran pembuangan harus diberi bak-bak kontrol yang dipasang pada setiap jarak 3 meter. Hal itu berfungsi untuk menampung kotoran-kotoran yang terbawa air buangan yang dapat dilakukan pengecekan secara berkala. Jarak sumur resapan Sumur resapan harus diletakkan pada sudut halaman yang terpencil, yang jauh dari tempat bermain anak-anak dan ditutup dengan tanah atau rumputan. Adapun jarak sumur resapan harus lebih besar dari 10 meter dari sumur air bersih. Pembuangan sampah Sampah jangan dibuang sembarangan, termasuk halaman rumah sekalipun. Hal ini dapat menyebabkan penyakit. Untuk itu, setiap rumah harus menyediakan bak sampah sebagai penampung sementara. Feature Picture Kantri Maharani Penulis adalah Content Writer Untuk berkomunikasi dengan Penulis, Anda bisa mengirim email kekantrimaharani atau twitter jeungkant
LingkunganVilla Bule Perancis, Kontur Datar Dijual sebidang tanah kosong Los Sungai yang Berlokasi Umalas Klecung Kuta Utara Badung Bali Indonesia. Sangat cocok dibangun homestay / guest house / villa maupun investasi lainnya. - Luas 5,8are (580m2) Dimensi -+ 14 x 41 meter - Luas 5,9are (590m2) Dimensi 14 x 41 meter - Luas 9,5are (950m2) SHM ITR Pariwisata Kontur tanah Datar siap bangun Selain alam, kuliner, dan budaya, wisata buatan juga semakin berkembang. Mulai dari museum kontemprorer, bangunan instagenic untuk spot selfie, dan masih banyak lagi macamnya. Nggak perlu bingung menentukan destinasi untuk akhir pekan, Teman Traveler dapat mencoba beberapa wisata dengan sungai buatan di Indonesia berikut. Catat daftarnya! Little Venice Little Venice Puncak, via Instagram/ahlulfikri_fadrian Wisata berkonsep Eropa bernama Little Venice ini jadi salah satu destinasi keluarga di akhir pekan. Letaknya berada di Batulawang, Kec. Cipanas, Cianjur, Jawa Barat. Tempat ini punya beragam spot foto instagenic dan atraksi menarik berupa sungai buatan lengkap beserta gondola. Pengunjung dapat naik ke perahu sambil berkeliling dan menikmati suasana ala Venesia. Little Venice beroperasi setiap hari mulai dari jam hingga pukul sore. Tarif masuknya dipatok seharga Rp25 ribuan per orang. Malang Night Paradise Malang Night Paradise via Instagram/putri_kumalaaUntuk Teman Traveler yang berada di Jawa Timur, nggak perlu jauh-jauh ke Cipanas. Karena wisata dengan sungai buatan bisa kalian temui di Malang Night Paradise dan mencoba wahana Magic Journey. Di sini pengunjung akan diajak berkeliling dunia di lorong tematik. Wisatawan dapat menyusuri sungai buatan sepanjang 500 meter dalam waktu 30 menit menggunakan perahu. Letak Malang Night Paradise berada satu lokasi dengan Hawai Water Park dan buka setiap hari mulai dari jam hingga pukul malam. Siapkan biaya mulai dari Rp30 ribuan untuk mencoba Magic Journey. Saloka Theme Park Saloka Theme Park via Instagram/wonderfuljogjaBerikutnya merupakan sebuah taman hiburan bernama Saloka Theme Park yang ada di Semarang, Jawa Tengah. Lokasi tepatnya adalah Jl. Fatmawati Gumuksari, Lopait, Kec. Tuntang. Dari 39 wahana yang tersedia, Teman Traveler dapat mencoba Jamur Apung. Pengunjung akan diajak menyusuri sungai buatan sembari menikmati pemandangan dan duduk di sebuah perahu berbentuk mirip jamur. Saloka beroperasi setiap hari mulai dari jam hingga pukul sore. Tiket masuknya dipatok berkisar Rp150 ribuan per orang. Kampung Kragilan Kampung Kragilan via Instagram/erniyunitasari Deretan terakhir ada Kampung Kragilan yang merupakan kampung air asal Boyolali. Lokasinya berada di Desa Watu Genuk, Kelurahan Kragilan, Kecamatan Mojosongo. Salah satu wahana yang menjadi primadona ialah sebuah sungai buatan yang melingkar dengan panjang 20 meter. Pengunjung dapat menyusuri sungai dengan perahu apung. Selain itu di antara sungai juga terdapat kolam renang anak dan deretan gazebo sebagai tempat bagi wisatawan untuk beristirahat. Tarif masuknya juga terjangkau. Tiket dibanderol mulai dari Rp7500 per orang dan Kampung Kragilan buka setiap hari mulai dari jam hingga pukul sore. Menarik banget kan deretan wisata dengan sungai buatan di Indonesia tadi? Mana destinasi yang paling ingin Teman Traveler kunjungi? Advertisement Tags Indonesia sungai buatan WisataBeredardi media sosial video yang memperlihatkan tumpukan sampah yang mengular di aliran sungai. Sungai tersebut diduga merupakan Kali Cibalok Kaliulu, yang berada di Perumahan Grand Cikarang City (DCC), Desa Karangraharja, Kecamatan Cikarang Utara, Bekasi. Video tersebut diunggah salah satunya oleh akun Instagram @kabarnegri pada Jumat (08/07 ADVERTISEMENT Dalam proses itu Komnas HAM telah memeriksa sejumlah ADC atau ajudan, asisten rumah tangga dan rekaman CCTV. Dari sejumlah keterangan dan bukti itu, Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik menerangkan bagaimana peristiwa yang terjadi sebelum Brigadir Yosua tewas. Taufan menjelaskan Irjen Ferdy Sambo tidak berangkat bersama dengan
Adapundua rumah rusak, masing-masing milik Mugiyanto dan Tugino,35. Tembok rumah milik dua warga itu jebol dihantam derasnya air. Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Wonosobo, Prayitno, menjelaskan, banjir bandang mulai terjadi pada Selasa (28/11) malam sekitar pukul 21.00 WIB setelah tanggul Sungai Mangli yang ada di daerah itu jebol.
LaporanBudi Fatria | Bener Meriah SERAMBINEWS.COM,REDELONG - Sebanyak 21 rumah warga di Kampung Jamur Ujung, Kecamatan Wih Pesam, Kabupaten Bener Meriah, terancam amblas ke Daerah Aliran Sungai (DAS) Peusangan. Dari 21 rumah yang terancam amblas itu, enam diantaranya, bagian dapur sudah mulai terkikis aliran sungai.ApakahSungai Dubai buatan manusia? Riverland™ Dubai mengisi sungai buatan pertama dalam tujuan taman hiburan di wilayah tersebut. itu adalah desa yang sebenarnya, meringkuk di antara bukit pasir di Daerah Ica yang gersang di bagian barat daya Peru. Rumah bagi 115 orang saja, dikenal sebagai 'oasis Amerika' dan tempat liburan populer
Sepertiyang diketahui, sudah seminggu Ridwan Kamil ikut langsung melakukan pencarian terhadap Eril, segala ikhtiar telah dilakukan mulai dari memantau hingga menyusuri langsung Sungai Aare. Pada sebuah video yang beredar, terekam Ridwan Kamil sedang melantunkan adzan. Potret terbaru Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil saat mendengarkan penjelasan
.